Elon Musk, miliarder dan pengusaha ternama, dikabarkan menerima uang dari sejumlah organisasi teroris dunia melalui langganan berbayar di platform media sosial miliknya. Investigasi dari lembaga nonprofit Tech Transparency Project (TPP) mengungkap bahwa lebih dari 200 pengguna platform tersebut terkait dengan organisasi teroris asing (FTO), termasuk Al-Qaeda, Hizbullah, Hamas, Hotuhi, dan kelompok milisi Suriah dan Irak yang disebut-sebut memiliki sanksi dari pemerintah AS. Langganan berbayar tersebut memberikan keuntungan kepada penggunanya, seperti akun terverifikasi dengan centang biru, akses ke layanan tambahan, dan fitur monetisasi konten yang lebih luas.
Meskipun syarat penggunaan platform melarang pengguna premium yang terkait dengan kelompok yang disanksi, TPP menemukan bahwa individu terkait organisasi teroris masih bisa menjalankan kegiatan propaganda dan penggalangan dana melalui platform ini. Meskipun beberapa akun telah diblokir atau status verifikasinya dicabut, sejumlah pengguna berhasil mendapatkan kembali status premium mereka setelahnya. Temuan ini menunjukkan bahwa organisasi teroris bisa mendapatkan keuntungan melalui platform tersebut, sementara Musk, yang juga terlibat dengan pemerintah, dianggap juga mendapatkan manfaat dari hubungan ini. Hal ini menjadi perhatian bagi TPP dan media lainnya yang telah menginvestigasi kasus ini.